Ada sebuah hadits Nabi yang menyatakan bahwa Allah s.w.t. berfirman: "Barang siapa selalu mengingat Aku dan tidak ada waktu baginya untuk meminta sesuatu kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya perkara yang lebih baik daripada apa yang Ku-berikan kepada orang yang meminta."
Hal ini dikarenakan apabila Allah hendak memilih seseorang yang beriman untuk tujuan-Nya sendiri, maka orang itu akan dibawa-Nya melalui berbagai macam kondisi dan posisi kerohanian dan mengujinya dengan bermacam-macam kesulitan dan kesusahan. Allah menjadikannya miskin setelah kaya, bahkan sampai orang itu hampir mengemis untuk mendapatkan rizkinya, namun Allah menolongnya dari menjadi pengemis. Kemudian, orang itu pun hampir meminjam kepada orang lain untuk mencari rizkinya, namun Allah menyelamatkannya dari meminjam lalu memberinya kerja. Setelah itu, orang itu pun bekerja mencari nafkah hidupnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi.
Kemudian, diberikan kesusahan kepada orang itu dalam mencari rizki dan, melalui ilham, diperintahkan supaya ia mengemis. Sebenarnya, perintah semacam ini adalah perintah rahasia yang hanya diketahui dan disadari oleh orang yang bersangkutan itu saja. Allah menjadikan pekerjaan mengemis ini sebagai ibadah baginya dan berdosalah jika ia tidak melakukannya. Pekerjaan ini dimaksudkan agar kebanggaannya hilang dan ego (kesombongan)nya hancur. Ini merupakan latihan kerohanian. Mengemis semacam ini adalah perintah dari Allah dan bukan jalan syirik. Kemudian Allah melepaskan orang itu dari keadaannya tersebut lalu menyuruhnya supaya meminjam. Perintah ini tidak boleh dibantah lagi, sebagaimana halnya perintah untuk mengemis di atas.
Setelah itu, Allah mengubah keadaan orang itu. Allah memutuskan hubungannya dengan manusia dan menjadikannya hanya bergantung kepada Allah saja di dalam mencari nafkah hidupnya. Apa saja yang ia kehendaki, hendaklah ia minta kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan permintaannya. Jika ia tidak meminta, maka Allah tidak akan memberikan apa-apa kepadanya.
Kemudian, keadaan itu pun ditukar pula oleh Allah, yaitu dari meminta secara lisan kepada meminta dengan hati saja. Maka, orang itu pun meminta kepada Allah melalui hatinya. Apa saja yang dimintanya akan diberikan oleh Allah kepadanya. Jika ia meminta dengan lisan, maka Allah tidak akan memberinya. Demikian pula jika ia meminta kepada manusia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dan manusia itu.
Akhirnya, keadaan ini pun ditukar pula oleh Allah. Allah menghilangkan orang itu dari dirinya sendiri, sehingga ia tidak lagi meminta-minta kepada-NYa, baik secara rahasia maupun secara terbuka. Allah memberikan balasan kepada orang itu, berupa apa saja yang membetulkan dirinya dan mengubah keadaan dirinya seperti makanan, minuman, pakaian dan keperluan hidup apa saja, tanpa berusaha atau terlintas dalam pikirannya. Allah akan menolongnya. Firman Allah:
Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh. (QS, 7:196).
Firman Allah yang diterima Nabi itu benar-benar jelas, yaitu, "Yang tidak mempunyai kesempatan untuk meminta apa-apa kepada-Ku, akan Aku memberinya lebih daripada apa yang Aku berikan kepada mereka yang meminta."
Inilah kedudukan wali-wali Allah biasa dan Abdal. Dalam peringkat ini, ia diberi kekuasaan untuk menjadikan. Apa saja yang dikehendakinya, dengan idzin Allah akan ia dapatkan.
Allah berfirman: Wahai anak Adam, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan kecuali Aku. Apabila Aku katakan kepada sesuatu, "Jadilah", maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku, sehingga jika kamu katakan kepada sesuatu, "Jadilah", maka jadilah ia.
Hmmm, masihkah kita enggan merogoh receh barang sekeping untuk mereka
Inilah kedudukan wali-wali Allah biasa dan Abdal. Dalam peringkat ini, ia diberi kekuasaan untuk menjadikan. Apa saja yang dikehendakinya, dengan idzin Allah akan ia dapatkan.
Allah berfirman: Wahai anak Adam, Aku-lah Tuhan. Tidak ada Tuhan kecuali Aku. Apabila Aku katakan kepada sesuatu, "Jadilah", maka jadilah ia. Patuhlah kepada-Ku, sehingga jika kamu katakan kepada sesuatu, "Jadilah", maka jadilah ia.
Hmmm, masihkah kita enggan merogoh receh barang sekeping untuk mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar